Picture
Ainsworth dan koleganya memandang sensitivitas dalam mengasuh anak sebagai bagian dari responsivitas. Sensitivitas adalah kapasitas pengasuh untuk sadar terhadap tindakan anak sebagai sinyal untuk mengkomunikasikan kebutuhan dan keinginannya. Ainsworth menjelaskan sensitivitas sebagai kemampuan memandang anak sebagai individu yang utuh, dan mampu melihat segala sesuatu dari sudut pandang anak. Hal  ini mengarahkan kepada kemampuan dasar untuk mengenali dan merespon keadaan anak, dan kemudian kepada kapasitas untuk mampu “membaca” tingkah laku anak.  Ainsworth dan koleganya (dalam the importance of caregiver-child interaction for the survival and healthy development of young children, a review, WHO, 2004, http://www.who.int/child-adolescent-health, diakses pada 3/02/2010) menjelaskan empat komponen dalam kemampuan pengasuh menerima, menginterpretasi secara akurat dan merespon tingkah laku anak:
1.      Kesadaran akan sinyal dari anak, pengasuh harus dapat menangkap sinyal dari anak, walaupun ia hanya diam
2.      Interpretasi yang akurat terhadap sinyal dari anak, pengasuh harus empati, tidak meninggalkan anak, sehingga secara emosi pengasuh hadir untuk terlibat dengan anak
3.      Respon yang sesuai dengan komunikasi anak, misalnya menenangkan anak ketika gelisah, dan memberinya kebebasan ketika anak ingin bereksplorasi
4.      Respon yang segera terhadap anak, sehingga reaksi pengasuh diterima sebagai bagian dari komunikasi anak dan pemuasan terhadap kebutuhan anak.

Pengasuhan yang resposif dan sensitif melibatkan komponen kognisi, emosi dan evaluasi respon. Ketika interaksi pengasuh dengan anak bertujuan untuk berempati terhadap anak, maka hal ini akan mengarahkan ibu untuk mengolah informasi guna memperoleh pemahaman dari sudut pandang anak, pada reaksi emosional yang terkait dengan hasil yang akan diperoleh anak daripada hasil yang akan diperoleh ibu, dan pada pemilihan tingkah laku yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anak.

Adapun aspek-aspek yang terkandung dalam sensititivas dan responsivitas  ibu dalam memberi respon pada kebutuhan anak, yang pertama adalah kemampuan ibu untuk menangkap sinyal, keinginan dan kebutuhan anak secara individual, didasari oleh aspek pengetahuan (kognisi) yang dimiliki ibu mengenai karakteristik perkembangan anak serta kebutuhannya dalam setiap tahap usia. Adanya pengetahuan ini membantu ibu untuk melihat suatu peristiwa dari sudut pandang kebutuhan dan keinginan anak. Pengetahuan ibu tentang perkembangan anak, kepercayaan ibu tentang anak dan ekspektasi mereka terhadap perkembangan anak, akan mempengaruhi tingkah laku ibu terhadap anak. Jika ibu menyadari bahwa interaksi mereka dengan anak sangat penting bagi perkembangan anak, atau mereka kurang menyadari pentingnya memberi dukungan terhadap kemampuan yang ada pada anak, mereka kurang mampu memberikan stimulasi yang sesuai dengan pengasuhan yang responsive (Reis, 1988).
Yang kedua, untuk dapat menginterpretasikan sinyal dari anak secara akurat, didasari oleh aspek afeksi. Aspek afeksi ini terkait dengan kehadiran ibu secara emosional dalam berinteraksi dengan anak. Kehadiran secara emosional (emotional availability) yang dimaksud adalah seberapa besar ibu focus dan memberikan perhatian pada anak, menghayati emosi yang dirasakan anak dan meresponnya (Tronick, Gianino, 1986b). Ibu akan dapat merasakan emosi yang muncul pada anak, baik itu positif maupun negative. Dix (1991:1992) mengemukakan bahwa pengasuhan yang sensitive dan responsive sangat dipengaruhi oleh motivasi dan suasana hati pengasuh. Agar ibu dapat sensitive dan responsive, upaya ibu menghayati emosi yang dirasakan anak harus dilandasakan pada tujuan untuk mensejahterakan anak. Ibu tidak boleh diganggu oleh pemikiran dari dalam diri atau luar diri yang menyebabkan stress dan  kecemasan (Walter & Dumas, 1989).
Yang ketiga pemberian respon segera dan akurat terhadap sinyal dan kebutuhan anak, berkaitan dengan aspek tingkah  laku. Respon ibu terhadap anak berwujud tingkah laku seperti bicara, menyentuh, tersenyum, menggendong, dan sebagainya. Respon yang dipilih ibu sangat tergantung pada tujuan ibu dalam berinteraksi dengan anak, apakah tujuan tersebut untuk berempati terhadap anak agar anak lebih sejahtera, atau semata-mata untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan ibu.

Ibu yang sensitif dan responsif terhadap anak memiliki tingkah laku sebagai berikut (nourish nurture development dalam www.cccf-fcsge.ca/project/responsive care-e.pdf, diakses pada 3/02/2010):
1.      Mengamati tanda dan sinyal individual anak dan belajar mengantisipasi waktu-waktu untuk memberi makan, memberi sentuhan, beraktivitas dan memberi istirahat
2.      Mengenalkan anak pada pengalaman dan aktivitas baru ketika ia siap menerimanya
3.      Berbagi berbagai kegiatan dengan anak dan mengikuti minat serta ketertarikan anak. Memberikan kesempatan pada anak untuk memutuskan dan memimpin dapat meningkatkan keinginan dan kemampuan anak untuk mengeksplorasi dan belajar dari lingkungan, dan dalam waktu yang bersamaan ibu mengkomunikasikan, “apapun yang kamu lakukan adalah penting bagi saya”
4.      Mencari waktu yang tepat untuk mengembangkan kemampuan anak
5.      Mengekspresikan kasih sayang dan keceriaan pada anak ketika mencapai suatu keberhasilan. Anak yang menerima kasih sayang dan pujian yang tulus terhadap keberhasilannya dalam mengerjakan sesuatu akan memiliki penghargaan terhadap dirinya sendiri dan kepercayaan diri yang tinggi untuk mencoba hal-hal baru.





Leave a Reply.

    Archives

    July 2013

    Categories

    All
    Attachment Parenting
    Disiplin Positif
    Parenting
    Parenting Anak Dan Remaja
    Penerapan Disiplin
    Perkembangan Berhitung
    Persiapan Kerja
    Psikologi Anak
    Psikologi Kerja
    Psikologi Pendidikan
    Psikologi Perkembangan
    Psikologi Remaja
    Teori Attachment
    Teori Kelekatan